Bestienews.com- Beredar kabar akan adanya duet Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada Pilkada DKI Jakarta mendatang. Informasi ini pun bergulir bak 'bola liar' di sejumlah kalangan.
Pembicaraan tentang duet Anies-Ahok pun mendapatkan respons yang beragam dari sejumlah pihak. Salah satu pihak yang menilai duet tersebut bisa berpotensi terwujud ialah Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini.
Didik menilai penyatuan keduanya tergolong sebuah eksperimen berani. Meski begitu, penggabungan keduanya sangat mungkin terjadi berdasarkan faktor-faktor berikut ini.
Pertama, menurut Didik, sosok Anies yang religius, tapi tidak radikal sebagaimana dipersepsikan pada Pilgub DKI 2017 lalu. Kedua, sosok Ahok yang temperamental, cenderung tabu dalam politik.
Ketiga, jika dilihat dari sisi nasionalis, Anies sudah membuktikannya pada Pilpres 2024 lalu sehingga tidak ada lagi alasan keduanya ke arah radikal. Untuk diketahui, pada konstelasi Pilpres yang lalu Anies tampil sebagai sosok yang nasionalis-religius.
Keempat, Ahok sendiri berdasarkan sejarah karir politiknya tergolong sebagai sosok yang nasionalis. Ahok tentu akan mudah diterima publik.
"Anies dan Ahok pasti berpikir positif jika paham gagasan seperti ini dari berbagai pihak yang andal menjadikannya simbol kesatuan dari keduanya. Anies masuk Jakarta mempunyai peluang menang sangat besar jika tidak kita katakan hampir 100%," kata Didik dalam keterangannya, Sabtu (11/5) kemarin.
Sebaliknya, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno menilai duet keduanya tidak mungkin terwujud. Bahkan, sampai kiamat sekaligus.
"Mustahil. Sampai kiamat tak mungkin terwujud," kata Adi kepada wartawan, Sabtu (11/5/2024).
Menurut Adi, ada tiga faktor utama yang bisa menjadi alasan duet keduanya tidak akan pernah terwujud antara lain regulasi, konflik ideologis, dan luka politik.
"Faktornya tiga hal. Pertama, secara regulasi Ahok tak bisa maju sebagai cawagub. Itu jelas dan fix," kata Adi.
"Kedua, konflik ideologis keduanya sulit disatukan. Apapun judulnya Anies dinilai sebagai representasi kelompok Islam kanan. Ahok sebaliknya," ujar Adi.
"Ketiga, luka politik efek politik identitas pilkada jakarta 2017 belum terobati. Apapun judulnya Ahok kalah karena isu agama yang dihembuskan kencang pendukung Anies," imbuhnya.
Sementara itu, Komisioner KPU DKI Jakarta, Dody Wijaya mengatakan bahwa ketua KPU DKI tidak ikut berkomentar soal pasangan calon, tapi lebih menjawab tentang ketentuan dan aturan yang berlaku.
"KPU DKI tidak berkomentar terkait bakal pasangan calon ya, tapi menjawab terkait regulasi atau ketentuan yang mengatur tentang hal tersebut," kata Dody.
Untuk diketahui, ada peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 9 Tahun 2020 dalam PKPU disebutkan bahwa seseorang dapat menjadi calon wakil gubernur apabila belum pernah menjabat sebagai gubernur di daerah yang sama. Jika merunut peraturan ini, wacana duet Anies-Ahok akan sulit terwujud.
Sumber: Detik.com