Covid-19 Diklaim Ilmuwan China Sebagai Senjata Biologis, Benarkah?

Selasa, 04 Juli 2023 | 06:11:35 WIB

BESTIENEWS.COM - Asal-usul COVID-19 bak tak habis-habisnya menuai kontroversi. Kali ini, seorang peneliti di China, Chao Shao dari Institut Virologi Wuhan, mengklaim bahwa negaranya dengan sengaja mengembangkan virus COVID-19 sebagai senjata biologis.

Chao Shao menyebut, ia bersama rekan-rekannya diberikan empat jenis virus Corona yang berbeda oleh atasan mereka untuk diuji. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan jenis virus yang paling efektif dalam menyebar ke berbagai spesies, termasuk manusia.

Selain itu peneliti dari Institus Virologi Wuhan menceritakan tentang rekan-rekannya yang tiba-tiba menghilang selama Pertandingan Dunia Militer 2019 yang diadakan di Wuhan. Beberapa dari mereka bahkan dikirim ke hotel tempat para atlet internasional menginap untuk memeriksa kondisi kesehatan mereka. Shao mencurigai bahwa mereka mungkin terlibat dalam penyebaran virus tersebut.

Shao juga sempat dikirim ke Xinjiang pada April 2022 untuk menilai status kesehatan tahanan Uighur yang ditahan di kamp pendidikan ulang atau kamps konsentrasi, hal ini dilakukan seolah-olah untuk mempercepat pembebasan tahanan Uighur.

Kejadian tersebut tidak relevan dengan keahlian virologi dalam melakukan pemeriksaan kesehatan. Chao Shao dengan tegas menyiratkan bahwa tujuannya di Xinjiang adalah untuk memfasilitasi penyebaran virus atau untuk mempelajari pengaruhnya terhadap manusia.

Walaupun demikian, Shao menekankan bahwa informasi yang disampaikannya hanya merupakan sebagian kecil dari seluruh teka-teki. Asal usul sebenarnya dari pandemi, yang telah merenggut nyawa tujuh juta jiwa di seluruh dunia, masih menjadi subjek penyelidikan yang sedang berlangsung.

Klaim Shao ini muncul setelah badan intelijen AS menyatakan bahwa mereka tidak menemukan bukti bahwa laboratorium di China terlibat dalam rekayasa genetika pada virus yang terkait dengan COVID-19 atau memiliki virus semacam itu dalam persediaan mereka sebelum wabah tahun 2019.

Terkait hal yang Shao sampaikan, seorang ilmuan dan mantan kepala epidemiologi dan penyakit menular di Dewan Penelitian Media India (ICMR), Latit Kant menanggapi bahwa hingga saat ini bukti yang muncul dari berbagai penyelidikan tidak mendukung bahwa SARS-CoV-2 direkayasa secara genetik.

Akan tetapi, Kant menekankan bahwa meskipun demikian, pengetahuan saat ini juga tidak mengecualikan kemungkinan bahwa SARS-CoV-2 dapat berasal dari laboratorium.

Kent memiliki pandangan yang beragam mengenai tuduhan China menggunakan COVID-19 sebagai senjata biologis. Terlebih lagi, sebagian orang percaya bahwa SARS-CoV-2 tidak memenuhi kriteria yang biasanya ada pada senjata biologis.

"SARS-CoV-2 memang menyebabkan kepanikan, dan virusnya sangat menular, tetapi tidak semua orang yang tertular infeksi itu mengalami penyakit itu," ujar Kent dikutip dari Business Today.

Dalam konteks ilmiah, senjata biologis biasanya ditargetkan pada populasi orang dewasa muda dan paruh baya. Namun, dalam kasus SARS-CoV-2, mayoritas korban adalah orang tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada.

Kant berpendapat bahwa senjata biologis seharusnya dapat bertahan dan menyebar dengan stabil di lingkungan yang dituju, serta membutuhkan tingkat kontrol pelepasan yang teratur dan terkendali.

Kant juga meragukan mengapa China akan melepaskan senjata biologis kepada populasi mereka sendiri, terutama SARS-CoV-2 tidak memberikan keuntungan apa pun bagi China. Oleh karena itu, Kant menyimpulkan bahwa virus Corona tidak mungkin direkayasa secara genetik sebagai senjata biologis.

Sebelumnya, terdapat klaim bahwa virus Corona mungkin telah direkayasa sebagai senjata biologis saat awal merebaknya pandemi COVID-19. Beberapa klaim tersebut menyebutkan bahwa China disebut sengaja melepaskannya dari sebuah laboratorium untuk menyerang negara lain.

Hingga saat ini, belum ada bukti valid yang menunjukkan bahwa virus Corona merupakan senjata biologis. Para peneliti, dokter, politisi, dan badan intelijen di seluruh dunia percaya bahwa COVID-19 berkembang secara alami. Mereka telah melakukan studi terhadap komposisinya, perilakunya, dan konteks lainnya untuk mencapai kesimpulan tersebut.

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa virus Corona menyebar dari hewan ke manusia, dan ada kesamaan genetik antara virus Corona yang ditemukan pada kelelawar dengan virus COVID-19. Badan Intelijen AS juga telah melaporkan bahwa virus Corona tidak dikembangkan sebagai senjata biologis, meskipun asal-usul pastinya masih dipertanyakan.

Mantan kepala penasihat medis presiden AS, Anthony Fauci, juga menyatakan bahwa COVID-19 tidak direkayasa sebagai senjata biologis oleh China atau pihak lain. Banyak ahli epidemiologi juga percaya bahwa COVID-19 merupakan hasil evolusi alami dari hewan ke manusia. Meskipun asal-usul pastinya belum sepenuhnya dipahami, banyak penyelidikan telah dilakukan untuk mengungkap asal mula penyakit ini.

Adapun dampak COVID-19 telah sangat signifikan, dengan hampir 7 juta kematian di seluruh dunia. Namun, berdasarkan banyak penyelidikan yang dilakukan, asal mula COVID-19 yang menakutkan telah dikesampingkan dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa virus ini diciptakan dengan sengaja sebagai senjata biologis. (*)

 

Terkini