Kasusnya Melonjak di RI, Berikut 8 Fakta Penyakit Sifilis, Apakah Bisa Sembuh?

Senin, 15 Mei 2023 | 08:53:14 WIB

BESTIENEWS.COM - Kasus penyakit sifilis atau raja singa di Indonesia naik hingga 70 persen dalam kurun waktu lima tahun ini.

Kenaikan angka kasus ini kemudian menjadi sorotan. Pada tahun 2022 lalu saja, angka kasus sifilis yang terdeteksi di Indonesia mencapai lebih dari 20 ribu kasus.

Untuk mengenal lebih jauh, masyarakat perlu tahu fakta-fakta penyakit sifilis.

Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang cukup umum. Penyakit ini telah menginfeksi jutaan manusia selama berabad-abad.

Awal mula penyebaran penyakit ini dibawa oleh salah satu awak Christopher Columbus dalam pelayarannya untuk menemukan benua baru. Sampai pada akhirnya di awal abad ke-20, muncul teori baru yang mengatakan bahwa penyakit ini telah berevolusi menjadi lebih ganas.

Hingga sekarang, penyakit sifilis mungkin merupakan penyakit menular seksual yang masih membawa stigma terburuk di antara penyakit kelamin lainnya. Walaupun penyakit ini tidak mematikan seperti wabah pes, gejalanya tetap harus diwaspadai.

Fakta-fakta penyakit sifilis
Sayangnya, banyak yang masih belum teredukasi mengenai penyakit sifilis ini.

Merangkum berbagai sumber, berikut beberapa fakta-fakta penyakit sifilis yang perlu diketahui agar terhindar dari risiko penularan dikutip dari cnnindonesia.

1. Sifilis adalah penyakit yang rumit
Banyak dokter yang menganggap sifilis sebagai penyakit yang rumit dengan cara manifestasinya yang khas. Pasalnya, sifilis diketahui dapat menunjukkan penampakan yang berbeda, tergantung pada keparahannya.

Pada tahap awal, seseorang dengan sifilis primer mungkin melihat luka di area asal infeksi atau lokasi di mana bakteri masuk. Setelah penyakit memasuki tahap sekunder, luka dapat berkembang menjadi ruam atau dermatitis, pembengkakan kelenjar, dan mengalami radang hati, mata, atau otak.

Jika dibiarkan tidak terdiagnosis dan tidak diobati, komplikasi penyakit sifilis dapat berkembang pada tahap tersiernya.

2. Setiap orang yang aktif secara seksual berisiko
Sifilis dapat dengan mudah menyebar melalui seks vaginal, oral, atau anal tanpa kondom. Setiap orang yang aktif secara seksual berisiko tertular penyakit menular seksual. Risiko akan semakin meningkat jika hubungan seksual dilakukan tanpa pengaman.

Selain aktif secara seksual, melakukan hubungan seks sesama jenis, hidup dengan ODHA, dan memiliki pasangan yang dinyatakan positif sifilis juga dapat meningkatkan peluang seseorang tertular penyakit ini.

3. Berisiko reinfeksi
Tak ada unsur kekebalan yang dibangun dari infeksi sifilis. Bahkan, setelah berhasil diobati, seseorang juga masih bisa mengalami reinfeksi.

4. Penularan dari dudukan toilet terbilang kecil
Sifilis tidak dapat ditularkan dengan bersentuhan lewat benda seperti mengenakan pakaian orang lain atau berbagi peralatan makan. Sama halnya dengan penyakit gonore, bakteri penyebab penyakit ini tidak dapat bertahan lama di luar tubuh.

5. Bisa menular ke bayi di rahim
Ibu hamil yang positif sifilis dapat menularkan penyakitnya ke bayi dalam kandungan. Sifilis dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah.

Dalam beberapa kasus, ibu hamil dengan sifilis juga berisiko melahirkan secara prematur atau lahir mati.

6. Pencegahan terbaik pakai kondom
Gejala sifilis sering kali tidak disadari. Luka sifilis sering kali tersembunyi di dalam vagina, anus, mulut, dan di bawah kulup penis.

Oleh karena itu, penting untuk selalu berhati-hati dan melakukan tindakan pencegahan agar tidak tertular. Salah satu yang paling utama adalah melalui penggunaan kondom.

7. Bisa menular lewat ciuman
Penyakit sifilis rupanya bisa ditularkan lewat ciuman. Hanya saja, penularan lewat ciuman dianggap memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan aktivitas lainnya.

8. Sifilis bisa sembuh
Fakta-fakta penyakit sifilis yang terakhir ini mungkin sedikit memberikan ketenangan. Pasalnya, penyakit satu ini dapat disembuhkan pada tahap awal hanya dengan pemberian antibiotik.

Itulah informasi mengenai fakta penyakit sifilis yang penyebarannya tergolong tinggi di Indonesia. (*)

 

Terkini